"Kuntum Khaira Ummatin Ukhrijat Linnas"


Kamis, 31 Desember 2015

Izzati Generasi-21: Cerita, Cita, dan Cinta (bagian akhir)

Sabtu, 12 Desember 2015, kami semua masih disibukkan dengan persiapan pertanggungjawaban. Ada yang merapikan form levelisasi, ada yang menyusun slide presentasi LPJ, ada yang masih merevisi SOP, ada yang merapikan arsip LPJ, dan ada pula yang menyiapkan operasional untuk esok hari. Ya, malam itu begitu sibuk hingga tidak terasa jam sudah menunjukkan waktu dini hari...Waktnya untuk beristirahat. Tapi rasanya masih belum saatnya untuk memejamkan mata.

Masih di sini,
Tentang lutut yang harus terlipat,
Menyangga berat penuh dosa,
Mengharapkan segala ampunan

Allah,
Jika Izzati ini karena-Mu,
Atau dari kami ke pangkuan-Mu,
Maka menangkan kami dalam kesederhanaan,
Saat takbir menggemakan agung-Mu

Hari itu, Ahad, 13 Desember 2015, bertempat di Ruang D101, dilaksanakan kegiatan Suksesi Izzati. Selain sebagai sarana untuk pelaporan pertanggungjawaban, di akhir acara akan dilaksanakan pula pemilihan Mas’ul Izzati yang baru. Acara dimulai dengan sesi sambutan lalu dilanjutkan dengan laporan pertanggungjawaban departemen. Departemen pertama yang mempresentasikan laporan pertanggungjawaban adalah departemen DKM. Lalu bergantian satu persatu mempresentasikan laporannya. Hingga tibalah departemen terakhir yaitu Departemen Public Relation.

Di sela-sela itu saya terlempar pada memori perjalanan satu tahun kebelakang, ruangan ini adalah ruangan yang sama dengan ruangan saat saya terpilih dulu. Dulu, ya ketika malam itu nama saya yang dipilih, pertanyaan yang selalu melekat adalah apakah saya mampu menjaga niat, menjaga cita dan menjaga keistiqomahan. Setahun bisa menjadi waktu yang sebentar, tapi bisa juga menjadi waktu yang sangat lama. Jika ini hanya perihal waktu, saya tahu saya bisa menunggu. Namun barangkali, ini lebih dari itu. Mungkin ini adalah persoalan keyakinan. Sebab katanya, Tuhan hanya memberi sesuatu jika kita telah betul-betul siap memilikinya. Meyakini hal-hal yang semu memang tak mudah. Dan hari ini adalah saksi dari ratusan hari perjalanan hati menjaga semangat dan impian itu. Seperti lilin yang saya jaga dari angin dengan kedua telapak tangan, maka seperti itu juga saya jaga raut cinta dan impian agar tetap bersemayam di telaga mata. Untuk menumbuhkan itu pada diri saya mungkin bukan perkara yang sulit. Tetapi mengajak 104 orang yang lain untuk bisa merasakan hal yang sama, disitulah tantangannya. Di perjalanan, sangat terasa betapa harus tertatih-tatihnya kami menjaga cinta dan impian itu.

Sekitar pukul 14.45 adalah presentasi terakhir dari seluruh departemen. Tersisa yang belum adalah presentasi terakhir dari mas’ul dan sekum. Sebenarnya saya berharap, bisa segera menyelesaikan semuanya sebelum ashar tiba. Saat itu entah kenapa perasaan semakin bercampur aduk, saya khawatir jika ditunda hingga ba’da ashar akan semakin tak karuan. Ya, tapi moderator saat itu memutuskan untuk acara di break terlebih dahulu. Baiklah masih ada waktu untuk menenangkan diri. Di perjalanan dari R. D101 hingga Mesjid Baitul Ilmi, dalam sembunyi saya berdoa,

“Allah, semoga kepengurusan ini berakhir dengan “khusnul khotimah”, semoga semua bahagia Ya Allah, tidak perlu ada air mata yang mengalir Ya Allah..”

Kami pun bergegas mengambil air wudhu....Basuhan demi basuhan....Sangat kami nikmati kesegarannya.

Sembari menunggu kawan-kawan yang lain, saya menunaikan shalat tahiyatul masjid. Belum selesai membaca surah Al-Fatihah, tanpa terasa setetes, dua tetes, tiga tetes air mata mengalir dari pelupuk mata saya, Hingga di sujud pertama saya lampiaskan seluruhnya....hingga basah seluruh sajadah..

“Allah, ampuni saya yang belum bisa menjadi pemimpin yang baik, belum bisa menjadi saudara yang baik, Allah ampuni saya atas hak-hak terhadap saudara yang belum sepenuhnya saya tunaikan, atas kedzhaliman yang seringkali dilakukan. Allah maafkan atas niat yang kurang bening, ikhtiar yang kurang maksimal, serta doa yang kurang tulus”

Romantisme yang jarang sekali dirasakan. Lalu kembali teringat dengan pesan saat kecil: Aku anak laki-laki, tidak boleh menangis, kata Ibu.

Kemudian iqomah shalat ashar pun dikumandangkan. Kami pun shalat ashar berjamaah. Ditemani oleh rintik gerimis yang turun pada sore itu.

Sesi LPJ pun dilanjutkan kembali. Saya dan Imam maju ke depan, dengan slide powerpoint yang seadanya. Imam Handhika, Sekretaris Umum saya mengawali sesi pertanggungjawaban terakhir ini dengan memperkenalkan diri kami dan memperkenalkan selayang pandang mengenai visi misi Izzati. Setelah itu barulah giliran saya menyampaikan seluruh pencapaian Izzati Gen-21.

Alhamdulillah berkat kerja keras seluruh pengurus dan dukungan dari seluruh elemen fakultas teknik, tahun ini terdapat beberapa pencapaian yang dapat kita hasilkan, meski demikian masih banyak pula pekerjaan rumah yang perlu kita selesaikan.

Tidak lupa di akhir sesi saya menyampaikan kesan-kesan saya selama di Izzati, dan mengucapkan terimakasih kepada seluruh pengurus yang telah bekerja keras dan berjuang bersama selama satu tahun kepengurusan ini.

Suasana yang tadinya menegangkan, kini berubah menjadi sedikit melankolis, Saya yang saat itu menyampaikan dengan suara yang cukup keras, mendapat respon yang terbalik, Ya.. 4 kawan saya saat itu menetes air matanya. Entah kalimat atau gambar yang mana yang membuat sore itu menjadi sangat mengharukan.

Mengapakah  dirimu menangis?
Meskipun diriku tak sedang menangis?
Kesedihan dan kepahitan yang kaurasapun terasa sangat menyedihkan bagiku
Hari buruk pun asal kita bersama
Akan jadi kenangan yang berharga untukku

Setelah selesai sesi terakhir, tibalah saatnya pada penilaian LPJ secara keseluruhan. Kami para pengurus harian diperintahkan untuk keluar terlebih dahulu. Menunggu memang perkara yang menjenuhkan, terlebih menunggu penilaian LPJ. Beberapa dari kami ada yang berbincang-bincang santai, ada yang makan-makanan ringan, ada juga yang ber-selfie ria. Ya kelak akan sangat sulit bisa menemukan momen-momen kumpul seperti ini.

Penilaian selesai, kami para pengurus harian, dipersilahkan masuk kembali. Mas Kurmadiyono saat itu menyampaikan seluruh rekomendasinya terlebih dahulu. Sebelum akhirnya memutuskan untuk menerima laporan pertanggungjawaban, Alhamdulillah, kami mendapatkan nilai 85,05.

Alhamdulillah tugas kami di Izzati selesai. Saat itu kami saling berpelukan satu sama lain, ikhwan dengan ikhwan, akhwat dengan akhwat.

Di akhir pertanggungjawaban kami,
Kami saling berpelukan satu sama lain,
Berpelukan lebih lama dan hangat sekali rasanya,
Ada dingin yang mencari,
Ada cinta yang terbahasakan lewat beberapa patah kata dan doa.

Yang menarik adalah semuanya terjadi di pelataran jingga senja. Di sana selalu ada haru, kadang duka, suka, atau apapun yang selalu penuh cinta.

Terimakasih kepada seluruh pengurus Izzati Generasi 21. Terimakasih atas segala cerita, cita, dan cinta yang telah dilukis selama satu tahun ini.



Hidup kita saling bertaut, bersinggungan. Bisa jadi kehadiran kita adalah jawaban atas do'a-do'a sahabat kita, sebagaimana mereka pun adalah jawaban atas do'a-do'a kita. Jika sudah menjadi takdir Allah, meski dengan jarak beribu-ribu kilometer kita tetap akan dipertemukan, dalam satu ikatan bernama ukhuwah.




hari-hari saat aku bersamamu sahabat 
telah lama waktu yang kita lewati bersama
kusadari masa itu masa-masa terindah
dalam sukaku dalam dukaku 
engkau selalu ada

sahabatku tercinta terimalah laguku 
hadirmu selalu memberi bahagia 


Dalam Hadits disebutkan :
Di sekitar Arsy Allah ada menara-menara dari cahaya, didalamnya terdapat orang-orang yang pakaiannya dari cahaya, wajah-wajah mereka bercahaya, mereka bukan Nabi atau pun Syuhada. Para Nabi dan syuhada iri kepada mereka. Ketika ditanya para sahabat, ?Siapakah mereka itu ya Rasulullah?? Lalu Rasulullah menjawab, ?Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, saling bersahabat karena Allah, dan saling berkunjung karena Allah.
(HR. Tirmidzi)


Semoga kita adalah golongan orang-orang yang dicemburui oleh para Nabi dan Syuhada. Semoga ukhuwah kita yang terjalin dilandasi oleh kasih sayang dan saling mencintai karena Allah, Aamiin Allahumma Aamiin.


Pada bagian akhir suatu cerita
Kita hanya mengharap bersama
Bahwa surga adalah tempat kita bertemu selanjutnya.

  

Diselesaikan di Tasikmalaya 1 Januari 2016

Salam Cinta,


Adam Raka Ekasara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar