"Kuntum Khaira Ummatin Ukhrijat Linnas"


Minggu, 27 Desember 2015

Izzati Generasi-21: Cerita, Cita, dan Cinta (bagian 1)

Dari terpilih hingga meminang


Malam itu hujan turun lebih deras dari biasanya, saya bersama tiga orang kawan-kawan lain menikmatinya lebih khusyuk dari biasanya, kami menikmatinya sambil berteduh di mushola Teknik Lingkungan. Ya malam itu, 20 Desember 2014 adalah malam pemilihan mas’ul (red: ketua) Izzati, Biro kerohanian islam fakultas Teknik. Lembaga yang memasuki generasi 21, saat itu 21 lebih familiar dengan nama bioskop, sehingga generasi-21 sering diibaratkan sebagai generasi bioskop 3D yang berwarna-warni.

Keputusan untuk hadir saat pemilihan ini memang keputusan yang sangat panjang. Diantara syarat utama yang sulit diusahakan adalah Mas’ul Izzati harus lulus TR3-pelatihan tertinggi dalam jenjang kaderisasi Rohis. Pada tahun 2013 tercatat hanya 8 ikhwan yang lulus, itupun 3 diantaranya adalah angkatan 2011, dan satu diantaranya telah terpilih sebagai Sekum HMM. Meskipun sebenarnya ada pula kader 2013 dari lulusan TR3 tahun 2014 yang bisa mencalonkan juga, tapi itupun secara kuantitas masih sangat sedikit. Ya, alhasil ketika ada mekanisme untuk menentukan siapa calon mas’ul, sesungguhnya sudah bisa ditebak siapa saja orangnya, lihat saja alumni TR3 nya. Di tengah itu saya kembali berpikir mengenai kesiapan secara pribadi beserta seluruh pertimbangan yang ada.

Bagi saya, seorang ketua rohis adalah posisi yang sangat ideal, selain dia harus memiliki kemampuan manajemen keorganisasian yang baik dan pandangan yang visioner, dia juga harus memiliki nilai ruhiyah yang kuat, dapat menjadi teladan bagi seluruh muslim di lingkungannya, karena predikat orang paling sholeh kelak akan melekat padanya. Dan itulah sulitnya, jika variabel pertama yang menjadi patokan, maka jelas saya tidak pantas, karena satu tahun saya menjabat ketua rohis jurusan, tidak banyak pencapaian yang dihasilkan, bahkan mungkin cenderung ada kemunduran. Jika variabel kedua yang menjadi patokan, maka jelas saya mungkin berada di posisi sangat bawah, masih banyak yang secara pribadi lebih sholeh dari saya. Ya dua alasan inilah yang bagi saya sudah cukup untuk tidak maju di pemilihan mas’ul generasi 21 ini, terlepas dari historis bahwa saya juga pernah ikut di pemilihan tahun sebelumnya.

Sungguh terserah Allah Subhana wata’ala, diantara kegelisahan tersebut, semakin banyak kawan-kawan yang menguatkan saya untuk tetap maju. Di kontrakan saya juga kebetulan ada dua orang yang memang memiliki background rohis sehingga mendorong saya untuk maju, sebut saja Irfan Yahya Ikhsanudin, Kadep HRD Izzati-19 dan Kadep Insani 2014, juga Fahmi Akmal Hasani, Ketua Komisariat Fakultas Teknik 2014.

Kita semua digerakkan oleh keadaan. Digerakkan oleh usia yang beranjak naik, digerakan oleh kehidupan yang terus berganti. Meski kita ingin berhenti, alam membuat langkah kaki kita tidak bisa berhenti lama. Hanya sebentar, sejenak.

Ya di sela-sela kontemplasi itu saya baru teringat bahwa saya adalah delegasi LKMM Dasar dari Izzati, dan rasanya saya belum memberikan apa-apa untuk Izzati ini. Baiklah meskipun kelak saya tidak jadi ketua Izzati minimal saya bisa memberikan ide untuk pengembangan Izzati ke depan, jadi intinya saya harus buat rancangan pengembangan Izzati sedetail dan serapi mungkin untuk saya berikan kepada mas’ul terpilih. Adapun nanti pas hari-H pemilihan saya bisa mangkir agar tidak terpilih.

Pasca itulah saya memutuskan untuk membuat riset yang serius tentang Izzati, bersama M. Arif Widyoadi saya memutuskan untuk berkeliling ke setiap Kadep untuk meminta bahan SWOT dan rekomendasi untuk kepengurusan berikutnya. Ya selain itu saya juga melahap seluruh buku dan dokumen tentang manajemen kedakwahkampusan maupun ilmu manajemen secara umum. Ya keputusan saya sudah bulat, untuk bisa fokus akademik di tahun berikutnya, untuk itu saya harus mempersembahkan model perencanaan lembaga terbaik untuk Izzati. Selalu terkenang ketika saya bersama Mas Irfan harus hujan-hujanan di jam 23.00 malam pergi ke kontrakan Mas Kurmadiyono dan baru pulang sekitar jam 1 pagi hanya untuk mencari data untuk riset saya. Syukran Mas Irfan..Atas pengorbanan mengantar saya.

Dua malam sebelum dialog itu tiba, saya terpaksa lembur, untuk menyusun sintesis dan pengolahan data hasil dari riset kecil-kecilan saya. Ya ini terakhir. Persembahan terbaik sebelum benar-benar purna dari rohis.

Alhamdulillah dokumen perencanaan selesai. Saatnya mencari cara untuk bisa mangkir dari pemilihan. Kebetulan hari H dialog ada presentasi tugas akhir untuk praktikum mikropaleontologi, ini sudah cukup menjadi sebuah alasan untuk tidak datang. Tapi plan ini kemudian gagal karena panitia menjemput saya ke kampus dan kebetulan presentasi dari kelompok saya sudah selesai. Baiklah hadir saja, tak apa, itung-itung memperkenalkan ide saya kepada calon lain.

Baiklah masuk ke plan kedua, bagaimana agar saya bisa mangkir di hari-H pemilihan. Kalau saya masih ada di Semarang tentu dimanapun akan panitia cari, maka pilihan satu-satunya adalah pulang ke Tasikmalaya.

Menariknya adalah ketika H-1 sore saya sudah siap-siap berkemas untuk pulang di malam harinya. Tiba-tiba ada sms masuk “Jarkom besok minggu akan dilaksanakan praktikum geologi teknik......” Masya Allah, Masya Allah... Entah skenario apa lagi yang Allah berikan kepada saya.

Setelah itu maka saya sudah pasrah, mungkin inilah jalan yang Allah berikan untuk saya, saya pun bertekad untuk menyelesaikan seluruh targetan yaumiah saya dulu sebelum hadir di Suksesi Izzati dan menyempurnakan untuk shalat dua rakaat terlebih dahulu untuk lebih memantapkan hati. Barulah bada ashar saya hadir di suksesi.

Ya malam itu, hujan turun semakin syahdu, kami masih menunggu hasil musyawarah itu selesai, di luar ada juga suara-suara petasan, kawan saya berkata bahwa malam ini bertepatan dengan pengesahan mahasiswa baru untuk jurusan teknik mesin. Semakin lama suasana semakin tak karuan, jantung semakin berdenyut kencang.

Pada segala hal baru yang membuat kita ragu, saya sering berdo'a, "Allah, ajari kami memahami semua ini." Sebab kadang, sebuah peristiwa baru kita sadari hikmah dan rahasia kebaikannya setelah kejadiannya berlalu.

Dan akhirnya musyawarah pun selesai, kami bereempat kembali ke ruangan, semua mata tertuju kepada keempat calon. Semua calon disuruh berbalik ke belakang, menurut instruksi calon terpilih akan disematkan jaket izzati.

Teng teng teng....Akhirnya pengumuman datang, dan tidak disangka ternyata semua calon dipakaikan jaket, dan hanya satu orang yang dipakaikan jaket Izzati

Barakallah wa Innalillahi wa inna ‘ilaihi raajiuun.

Ya Allah, ya Rabbi, jadikanlah Kami seseorang yang berhati suci, bercita-cita luhur, sanggup memerintah diri sendiri sebelum memimpin orang lain, mengejar masa depan tanpa melupakan masa lalu...Ya Allah ajari kami memahami semua ini.. Ya Allah berikanlah kami kekuatan...

Entah kenapa, malam itu rasanya menjadi malam yang sangat panjang bagi saya. Hingga adzan shubuh pun berkumandang lebih merdu dari biasanya.

Berharap semakin terlempar dalam sebuah titik tengah,
Hingga mudah untuk menatap semestinya,
Dalam suatu pagi yang masih dini,
Tawari aku tentang hidangan langit,
Atau sekedar sahur yang begitu merahmat.

Kali ini Shubuh datang dengan sangat sederhana,  sisa-sisa bintang sekedarnya, atau, membanggakan cecahya surya-pun akan sangat di nilai terlalu belia.– Saat itu, aku ingat … embun-pun masih sangat nampak kedinginan –
Tapi, ini pembicaraan kilau-kilau hijau, di tengahnya mengalir sebuah pematang.

Ya shubuh kali itu tidak berbeda dari shubuh-shubuh sebelumnya, bedanya kali ini di pundak saya sedang ada dua amanah berat yang sedang saya emban.

Pada bagian takdir yg tak pernah kita sukai, sejatinya ia tetap menjadi takdir yg telah dicipta-Nya untuk mendidik kita menjadi semakin baik. Suka atau tidak, terpaksa atau rela adalah pilihan. Yg menjadi tolok ukur keimanan dan kualitas diri dihadapan Sang Pemilik Kehidupan...

Bismillah, Insya Allah hari-hari ke depan adalah hari-hari yang penuh tantangan namun menyenangkan.

Hidup sungguh sangat sederhana, kata Pram, yang hebat-hebat hanya tafsirannya.

Oke, tugas pertama sebagai ketua Izzati adalah menyusun team. Dalam hal ini saya dibantu oleh 5 orang tim formatur: Kurmadiyono, Esnahati, Wildan Abdul Jabbar, Asma Muthi’a dan Nisa Farida Amanatullah. Ya merekalah yang membantu saya menyiapkan 22 orang PH Izzati Gen-21.

Syuro Formatur ini tidak akan terlupakan oleh saya.

Jika sudah seperti itu, aku kembali teringat; tentang ke-bambu-anku yang kau bentuk serupa seruling, merdu sekali; katamu. Kau membuatku lupa tentang awal di mana sebelum tunas bermunculan, aku hanya tertidur bersama tanah basah, akibat hujan yang terlalu berkepanjangan.

Syuro pertama formatur direncanakan terlaksana pada pagi hari jam 06.00 di Masjid Kampus. Saya baru berangkat dari Tasik di malam harinya pada pukul 18.30. Saat itu tepat di malam tahun baru, semaraknya masih terasa di sepanjang jalanan Tasik-Semarang. Hingga saat istirahat makan, di restoran juga terdapat pagelaran musik yang ramai sekali. Setelah selesai makan saya bergegas menuju mushola untuk menunaikan shalat. Setelah selesai shalat tiba-tiba terdengar gegap gempita terompet dimana-mana. Pertanda tahun telah bergeser menuju 2015. Saya pun bergegas menuju ke bis kembali. Beberapa menit berlalu saya masih bingung mencari bis saya dimana, atas izin Allah ternyata saya diberikan info bahwa bis yang saya naiki sudah berangkat. Luar biasa...

Bisa saja aku menyalahkan semua kejadian yang aku alami hingga saat ini. Bisa saja aku mempertanyakan mengapa Tuhan mengujiku seperti ini. Memberikanku keadaan yang membuatku susah payah, memberiku keadaan yang membuatku bahkan sulit untuk membuat keputusan.
Dulu, aku meresahkan setiap langkah kaki yang ku buat. Setiap keadaan yang mengelilingiku seolah-olah mengerdilkan pikiranku tentang keadilan-Nya. Aku mempertanyakan sikap-Nya yang seolah-olah pilih kasih. Mengapa aku terus menerus diberikan kegelisahan dan kesedihan bahkan kegagalan, sementara orang lain bisa tertawa lepas diatas kebahagiaannya. Aku terus menerus murung dan sekali lagi mempertanyakan keadilan-Nya.
Dulu, aku merasa aku adalah orang yang paling tidak bahagia. Karena aku tahu, hampir semua yang aku harapkan selalu dipatahkan. Entah dipatahkan oleh keadaan, entah oleh orang lain, atau aku patahkan sendiri karena aku takut untuk membuat pilihan. 

Sekali melangkah pantang menyerah, sekali tampil harus berhasil. Ya ini adalah kalimat yang sering saya tulis ketika diminta tentang motto hidup. Saya pun berpikir bagaimana caranya agar bisa tiba di semarang sebelum jam 6 pagi.

Jalan keluar tak selalu berarti mukjizat, tetapi kemampuan menciptakan alternatif.

Alhamdulillah ternyata masih ada satu bis dengan jurusan dan PO yg sama baru saja datang. Akhirnya saya pun memberanikan diri untuk berkomunikasi dengan kondekturnya, dan atas izin Allah saya diperbolehkan untuk menumpang di bis nya.
 
Biasanya pemberhentian cukup di daerah sukun, namun karena ada barang yang tertinggal di bis sebelumnya, akhirnya destinasi dilanjutkan hingga ke terminal terboyo. Itulah pengalaman pertama saya menginjakan kaki di terboyo.

After that , timbul lagi pertanyaan, bagaimana caranya agar saya bisa on time hadir di syuro formatur. Sesuatu yang baik harus diawali dengan yang baik pula. Dan syuro formatur inilah awal dari segalanya. Jadi wajib banget untuk bisa on-time. Tanpa pikir panjang akhirnya saya mencari ojek. Berangkatlah saya, ojek pertama saya di luar Tasik. Alhamdulillah berkat ojek itu, saya bisa hadir on-time, bahkan sebelum anggota formatur lain hadir.

Syuro formatur pun selesai. 22 nama sudah tercatat. Saatnya menuju proses peminangan. Saat-saat meminang ini adalah saat-saat yang sangat saya nikmati. Ya tentu saja, bayangkan butuh waktu 4 minggu hanya untuk proses peminangan saja. Waktu yang sangat boros bagi ukuran lembaga yang hanya berumur satu tahun kepengurusan.

Di bangku taman ke dua, telah kutitipkan sesuatu untukmu, sebuah surat gundah gulana yang kusemprot dengan minyak awan-awan, agar sedikit putih. Tulislah jawabanmu, di sana juga.

Ada berbagai macam dinamika ketika proses meminang. Ada yang harus berbincang 2 jam terlebih dahulu, ada tipe yang tidak ingin mengangkat telpon-hanya menerima jawaban sms saja, ada yang harus 5 kali tatap muka dulu sebelum akhirnya mengatakan yes, ada pula yang sudah ingin fokus akademik. Ya bermacam-macam.

Kisah ini adalah tentang anak manusia yang melakukan pencarian. Melakukan perjalanan panjang, berliku, penuh dengan pertanyaan. 

Kita tidak pernah akan tahu siapa yang ternyata mencari kita sampai kita bertemu dengan orang tersebut. Kita tidak akan pernah tahu siapa yang ternyata diam-diam mendoakan kita menjadi takdirnya sampai kita bertemu dengan orang tersebut.

Kita semua bergerak melakukan perjalanan dengan cara kita masing-masing, mencari dengan cara kita masing-masing, bertemu dengan caranya masing-masing. Ada yang tidak tahu (si)apa yang sebenarnya ia cari, ada yang tahu persis tentang (si)apa yang ia cari. Ada yang menempuh jalan terang benderang, ada yang harus melewati kegelapan. Meraba-raba dengan tangannya.

Kita mungkin mengeluh mengapa tak kunjung bersatu hingga terasa semua daya telah digunakan, semua cara telah dipakai, semua jalan telah ditempuh. Rasanya berputar-putar pada kondisi yang sama.

Dari berbagai kasus, “perang rebut kader” adalah sesi yang paling menantang. Saat itu beberapa calon PH saya memang dibidik juga oleh lembaga lain. Prinsip saya jika seseorang memang potensial maka dengan cara apapun saya harus bisa meraihnya. Tidak peduli apakah dilirik oleh bem, senat atau lembaga lain. Hajar!

Dan pada akhirnya, saat-saat meminang adalah saat dimana doa harus semakin melangit, berharap Allah menyentuh hati yang bersangkutan untuk dapat bergabung.

Tak boleh hanya berdiam diri. Meski itu sebatas doa. Bukankah doa mampu menggerakkan takdir-Nya?

Alhamdulillah satu bulan yang panjang untuk mencari squad pengurus harian sudah selesai.



Diselesaikan di Tasikmalaya 25 Desember 2015

~Adam R. E~ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar