Jika tak ada yang dikorbankan, maka itu bukan perjuangan.
Jika tanpa hambatan, maka itu bukan tantangan. Jika tanpa kelelahan, maka itu
bukan kesungguhan. Jika masih ada iman, maka semua itu adalah suatu kenikmatan
Izzati bagi saya tidak sekedar lembaga
mahasiswa biasa. Saya selalu menganggap bahwa Izzati memiliki tiga peran: 1.
Izzati sebagai lembaga dakwah; 2. Izzati sebagai perusahaaan; dan 3. Izzati
sebagai laboratorium.
Izzati sebagai lembaga dakwah, memiliki peran
untuk menjalankan fungsi syiar dan kaderisasi. Fungsi syiar untuk menanamkan
dan menginternalisasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari di
lingkungan fakultas teknik. Fungsi kaderisasi untuk membentuk karakter
mahasiswa yang syumul dan kaffah, harapannya setelah lulus sebagai
mahasiswa, bisa melanjutkan nilai-nilai islam yang diperoleh serta senantiasa
berafiliasi dengan islam.
Izzati sebagai perusahaan, berarti Izzati
menjalankan seluruh kegiatan operasional melalui manajemen yang profesional.
Segala operasional memiliki standar mutu yang jelas. Kemudian segala kebijakan
harus berpedoman kepada minimal empat tujuan: pelanggan, proses bisnis
internal, pembelajaran serta pertumbuhan, juga finansial.
Pelanggan harus dinyatakan dengan jelas siapa pelanggan
dan segmen pasar yang diputuskan untuk dimasuki. Dalam hal ini beberapa segmen
Izzati diantaranya adalah mahasiswa, dosen, dekanat, takmir, dll. Kemudian
diidentifikasi berbagai tujuan proses bisnis internal. Proses ini meliputi
proses inovasi, proses operasi dan proses pelayanan purna jual. Selanjutnya adalah
tujuan pembelajaran dan pertumbuhan adalah tujuan yang akan memberikan alasan
logis terhadap adanya kebutuhan investasi. Semua investasi seperti sumber daya
manusia, sistem, dan prosedur akan menghasilkan inovasi dan perbaikan nyata
pada tiga tujuan lain yang pada akhirnya dipakai untuk mencapai tujuan
organisasi. Sementara tujuan finansial meski bukan tujuan utama bagi organisasi
non-profit seperti Izzati, tetap merupakan bagian penting untuk memastikan
bahwa seluruh operasional dapat dikerjakan dengan baik.
Sebagai perusahaan, Izzati memiliki 12 anak
perusahaan yang tersebar di 12 jurusan. Anak perusahaan ini tidak memiliki
tanggung jawab terhadap Izzati, mereka memiliki otonomi sendiri, sehingga
memiliki kebebasan dalam bergerak. Meskipun demikian Izzati tetap memiliki
tanggung jawab untuk mengakselerasi mutu dari seluruh anak perusahaan agar
terus meningkat kualitasnya.
Izzati sebagai laboratorium berarti Izzati
dibangun untuk menjadi tempat belajar yang menyenangkan, serta menjadi tempat yang
nyaman dalam hal melakukan eksperimen-eksperimen kebaikan. Di awal kepengurusan saya selalu menanamkan
kepada seluruh Pengurus Harian, bahwa hal pertama yang harus dilakukan adalah
belajar. Seluruh PH saya wajibkan untuk memahami buku-buku wajib
kedakwahkampusan juga seluruh dokumen yang memiliki topik yang relevan dengan
bidang yang digeluti. Silaturahim dengan tokoh-tokoh maupun senior dakwah
kampus juga sangat dianjurkan. Meskipun beberapa PH mungkin memiliki background
yang linear dengan jabatan yang diemban, tetapi proses belajar yang baik di
awal akan semakin memperkuat basic yang dimiliki. ‘
Dengan basic yang kuat, sense dalam memandang peluang dan masalah akan semakin mudah.
Darisana proses berpikir ilmiah juga akan
semakin mudah diterapkan. Segala kebijakan yang diterapkan sebisa mungkin harus
melalui proses berpikir ilmiah yang matang. Meski pada akhirnya banyak sekali
ide-ide “gila” yang muncul di satu
tahun kepengurusan ini, itu semata-mata adalah bentuk eksperimen penyelesaian
dari hal-hal yang dianggap sebagai “masalah” maupun bentuk eksperimen tanggapan
dari hal-hal yang dianggap sebagai “peluang”.
Ya banyak sekali ide dan harapan gila yang mungkin
unlogic yang muncul mulai dari ingin membuat
buku panduan, ingin membuat satu event bersama dengan seluruh LDJ, ingin membuat
memasukan mentoring dalam kurikulum, ingin membuat kuliah intensif departemen,
ingin memiliki bisnis multimedia yang sarananya lebih lengkap, ingin di-study banding-kan oleh banyak rohis, dan
masih banyak lagi cita-cita gila yang lainnya.
Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil.
Kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.
Dari kegilaan itulah Izzati hidup, meskipun
pada akhirnya harus susah payah kita mencapainya. Semua butuh waktu, butuh
proses, butuh keringat, bahkan mungkin perlu bercucuran air mata dulu untuk
bisa menyelesaikan semuanya.
Ada proses
yang tak bisa dilangkahi, tak bisa dipercepat. Waktu dan kesabaran itulah
kuncinya. Waktu membuat pasti, kesabaran memperteguh kita yang menunggu...
Sekitar sebulan pertama kepengurusan, tampak
sekali bahwa manajemen dan keberjalanan organisasi masih dirasa kurang
maksimal. Banyak sekali deadline yang molor dan juga miss comunication di sana-sini. Hal ini yang akhirnya membuat saya
harus turun juga untuk mengatasi internal.
Jika kemenangan dakwah hanya dilandasi atas iman saja, atau amal
shalih saja. Maka niscaya para pejuang Uhud lebih layak menang daripada kita.
Tapi lihatlah mereka kalah hanya karena
persoalan teknis. Rasulullah mengintruksikan bahwa pasukan yang ada di puncak
bukit tidak boleh turun sebelum diperintahkan. Sungguh, bukan dikarenakan suatu
ketamakan para pejuang di atas bukit uhud itu turun, tapi karena mereka
menganggap bahwa perang sudah selesai, dan kaum muslimin sudah menang, lalu
kemudian mereka berbondong-bondong turun, tetapi mungkin mereka lupa dengan
satu intruksi penting dari Rasulullah, ya hanya karena satu persoalan teknis
mengakibatkan keadaan menjadi berbalik.
Iman dan amal shalih yang kuat itu adalah hal
yang wajib dimiliki oleh seluruh aktivis dakwah. Tapi itu saja tidak cukup,
kita kadang-kadang kalah disebabkan oleh kurangnya penguasaan dalam
keterampilan-keterampilan teknis, juga sangat lemah dalam hal-hal yang
berhubungan kedisiplinan.
Betapa sering perjalanan hidup kita terhenti. Bahkan oleh
hal-hal yang tidak terlalu serius. Betapa banyak orang berhenti dari mengejar
cita-cita, kehendak mulia, mimpi-mimpi fantastis dalam capaian prestasi, hanya
lantaran keteledoran, hanya karena ulah menyimpang yang mulanya hanya
iseng-iseng belaka, atau mental “nanti dulu”, atau sikap “sebentar dulu”.
Akhirnya lama-kelamaan jiwanya mulai layu, semangatnya mulai redup. Gairah
berkaryanya semakin kering. Akhirnya ia pun terhenti dari segala harapan yang
telah menanti diujung kerja kerasnya...
Maka saat itu ada 3 kebijakan paling “kontroversial”
yang diputuskan:
- Adanya pengecekan amal yaumiah dengan standar yang ditetapkan di setiap harinya. Seluruh PH wajib melaporkan yaumiahnya (Ini hanya berjalan di semester awal saja). Amal yaumiah ini sangat penting karena dia juga akan berbanding lurus dengan kebeningan hati kita dan kemudahan Allah dalam memberikan hidayah kepada kita. Bening hati adalah indah, kita akan merasakannya saat senyum mengembang tanpa paksaan. Saat wajah teduh menumbuh keramahan. Saat kaki melangkah begitu ringan. Saat tangan dengan cekatan menolong siapa pun yang membutuhkan..
- Adanya sistem pelaporan rutin seminggu 3x. Hal yang dilaporkan meliputi Hal yang sudah dilaksanakan 2-3 hari ke belakang, Kendala yang dihadapi, dan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan di 2-3 hari berikutnya. Dua pelaporan dilaksanakan melalui syuro cluster online, satu lagi dilaksanakan saat syuro rutin (syuro rutin pada perjalanannya dibuat tematik)
- Kedisiplinan dimulai dari hal yang kecil, yaitu kedisiplinan dalam kehadiran syuro PH. Kami telah menetapkan bahwa syuro dilaksanakan setiap pukul 6.00 pagi. Aturannya adalah setiap keterlambatan kehadiran syuro tanpa izin yang jelas akan dikenakan denda Rp. 1000,- untuk setiap detik keterlambatan
3 kebijakan ini adalah 3 kebijakan paling “keras”
yang akhirnya sama-sama disepakati. Alhamdulillah atas izin Allah, meskipun
awalnya berat tapi ada perkembangan yang sangat signifikan yang dapat
dirasakan.
Memasuki tahap-tahap akhir semester genap.
Suasana organisasi kembali masuk pada fase tidak stabil, selain karena beberapa
PH mengajukan izin untuk melaksanakan KP dan KKN Tematik yang kebanyakan
mengambil waktu saat aktif akademik. Ada juga 5 orang pengurus yang mengajukan
permohonan pengunduran diri. 5 permohonan dengan 5 alasan berbeda diantaranya
ada yang hasil akademik semesternya kurang memuaskan sehingga ingin fokus
akademik, ada yang merasa tidak maksimal karena multiamanah di 4 organisasi, ada
yang tidak ingin mendzhalimi kawan-kawan izzati karena nanti akan banyak
disibukkan dengan beban penelitian yang cukup berat, ada yang melihat kondisi
keluarga sehingga ingin fokus mencari penghasilan tambahan, dan ada juga yang
merasa belum maksimal dalam memberikan ilmu kepada staff. Ditambah lagi dengan
kondisi ekonomi saya yang memasuki fase yang sangat berat pasca KKL dan
pemetaan geologi Bayat pada saat itu. Ya, bagi saya fase ini adalah fase paling
berat yang pernah saya rasakan saat menjabat Ketua Izzati.
Seorang Mukmin mengerti apa arti sebuah kesulitan. Tidak saja
dari sudut bagaimana mengatasinya. Tapi juga bagaimana memahami keberadaan
strategisnya. Sebagai ketetapan Allah, sebagai keniscayaan sejarah, sebagai
ujian, sebagai tangga menuju penghargaan kualitas diri, juga sebagai siklus
pergantian masa yang pasti terjadi dalam hidup.
Orang
beriman selalu punya caranya sendiri untuk menata hatinya. Saat mendapat
musibah, air matanya menetes.. tapi hatinya terilhami untuk meyakini bahwa apa
yg diberikan Allah swt pasti yg terbaik baginya.. Fisiknya mungkin lelah,
pikirannya mungkin penat, tapi tidak dengan hatinya yg terus yakin bila ia
diuji Allah swt, itu adalah tanda bahwa Allah swt sayang padanya.
Alhamdulillah
setelah memasrahkan semuanya kepada Allah, tiba-tiba rasanya semua pintu terbuka.
Alhamdulillah saat itu tawaran job kepada saya untuk mengajar semakin banyak,
dan ada juga rezeki-rezeki lain dari arah yang tidak disangka-sangka tiba-tiba
berdatangan pula.
Untuk Izzati
saya langsung bergerak cepat. Saya memastikan semua lini, tetap dapat berjalan
secara operasional meski beberapa PH mengajukan “cuti”. Mulai saat itu pula
saya pun memiliki program one day min one
person, artinya bersilaturahim kepada minimal satu orang staff/PH berbeda
di setiap harinya. Untuk sekedar say hallo
dan menanyakan kabar. Untuk beberapa person
yang mengajukan permohonan pengunduran diri, saya langsung berkoordinasi dengan
pihak-pihak tertentu untuk menyusun strategi penyelamatan. Saat itu pulalah
kami harus mengerahkan seluruh jurus hipnotis yang kami miliki, dan saya
menyadari pula bahwa sebaik-baik hipnotis adalah doa. Ya doa adalah senjata
orang beriman.
Ya Allah, permudahlah setiap masalah yg
sedang menimpa saudara-saudaraku,, atau jika tidak, pertebal keimanan mereka
agar mereka bisa merasakan indahnya Sabar.. Sehingga bisa menyelesaikan masalah-masalahnya
dengan cara yg Engkau sukai.. Aamiin...
Jiwa manusia sering lalai dan lemah, maka perlu sering
diingatkan agar bisa selalu kuat. Diingatkan dengan do’a, diingatkan dengan
tepukan di bahu, diingatkan dengan senyuman yg tulus, dan juga tentu,
diingatkan dengan nasihat yang menyejukkan hati…
Saat aku merasa
tak mampu memberikan perhatian padamu,
aku yakin Allah
mampu.
Saat aku merasa tak
mampu lagi membantumu bertahan,
aku yakin Allah
mampu.
Saat aku merasa
tak mampu menjadi tempatmu berkeluh kesah, aku yakin Allah mampu.
Ya Rabb, satu
pintaku, saat aku sudah tak mampu lagi menggenggam erat tangan saudaraku,
jangan biarkan ia lepas dari genggaman Mu.
Alhamdulillah atas izin Allah satu per satu
kawan saya yang mengundurkan diri, bisa berkumpul kembali. Alhamdulillah,
semakin hari, Izzati semakin bisa dikendalikan lagi pasca fase tidak stabil. Di
semester genap pula saya menambahkan satu orang baru untuk mengemban amanah sebagai
koordinator tim litbang (sebelumnya jabatan ini dirangkap dengan litbang
syiar-pr)
Hari-hari pun berlalu dan akhir masa
kepengurusan pun sudah didepan mata, maka kesibukan dalam hal evaluasi sistem
kelembagaan dan persiapan generasi baru pun mulai menyergap.
Sesungguhnya jika cerita bulan Oktober-Desember
ini dituangkan dalam tulisan tentu diperlukan puluhan hingga ratusan halaman
untuk menjelaskannya. Bulan-bulan yang di setiap harinya penuh dengan strategi,
Alhamdulillah Allah memudahkan kami untuk melewatinya.
Kisahnya sederhana, perasaannya yang rumit.
Maka tibalah kita pada satu minggu terakhir
kepengurusan. Hari minggu, 6 Desember 2015 adalah event terakhir yang diadakan
oleh Izzati, puncak sekolah Izzati, yang di dalamnya terdapat pemilihan calon
mas’ul generasi 22. Saya selalu hadir pada sesi ini di tiga tahun terakhir, sesi
pemilihan calon tahun ini adalah sesi terlama yang pernah saya rasakan.
Dibutuhkan waktu sekitar 4 jam hanya untuk memilih bakal calon yang akan
dimajukan. Saya masih ingat bahwa hari itu cuaca sedang hujan deras, ya, hujan
membuat suasana lebih romantis dari biasanya. Lalu terpilihlah tiga calon mas’ul
diantaranya Taqiyuddin Ja’far, Ulin Nuha, dan Tubagus Naufal Dzaki.
Tidak ingin mengulang kejadian yang sama
mengenai betapa sempitnya waktu yang bisa digunakan untuk menyusun grand design
Izzati juga lemahnya transfer ilmu yang diberikan maka pada tahun ini ada ide
gila baru yang diadakan untuk memfasilitasi proses belajar dari calon mas’ul
yaitu dengan mengadakan karantina, sekolah mas’ul izzati, diadakan intensif
selama 7 malam. Siang hari para calon diwajibkan untuk mengambil data mengenai
analisis kondisi departemen, malam hari sekitar pukul 21.30-00.30 digunakan
untuk diskusi pengolahan data yang diambil di siang hari lalu dilanjutkan
diskusi mengenai pengembangan organisasi. Pagi hari sekitar pukul 04.00-06.00,
setelah agenda shubuh berjamaah para calon mengikuti agenda pagi Al-Fath,
dilanjutkan dengan muraja’ah. Ya begitulah di setiap harinya. Hingga pernah
pada suatu hari, mereka hanya mendapatkan analisis kondisi dari satu departemen
saja, menyadari bahwa waktu yang dimiliki sangat sempit, akhirnya mereka
memohon izin untuk melaksanakan silmi di tengah malam, ya saya ingat saat itu
pukul 22.30 mereka siap hujan-hujanan untuk mendapatkan data dan informasi.
Hingga akhirnya mereka baru kembali di pukul 01.00. H-1 sebelum dialog terbuka
dilaksanakan adalah momen yang paling berkesan dimana setelah menyelesaikan
diskusi malam sekitar pukul 01.30, mereka harus lembur untuk menyempurnakan
visi misi untuk dialog besok. Sungguh luar biasa totalitas dari 3 calon mas’ul
Izzati tahun ini.
Meskipun sudah memasuki minggu terakhir yang
sudah tidak ada lagi kegiatan di dalamnya, boleh diakui bahwa ini adalah minggu
paling hectic yang pernah kami
rasakan, selain menyiapkan seluruh dokumen pertanggungjawaban, melengkapi nilai
KPI departemen, menyusun SWOT departemen untuk diolah oleh calon mas’ul, kami
juga harus menuntaskan seluruh konten panduan izzati. Panduan Izzati berisi
gabungan panduan gerak dari seluruh elemen izzati, mulai dari sekretaris,
bendahara, litbang dan seluruh departemen.
Untuk sampai pada draft panduan resmi, setiap
elemen harus melewati serangkaian proses. Pertama ada penyusunan konten daftar
isi yang selanjutnya akan diaudit oleh seluruh PH. Setelah disetujui memasuki
tahapan selanjutnya yaitu tahap penulisan yang nantinya akan melalui audit
internal yang diadakan oleh litbang di setiap cluster. Hasil audit internal
mengharuskan adanya revisi pada bagian-bagian tertentu. Setelah mengalami
perbaikan, barulah dokumen diaudit oleh pihak eksternal yang terdiri dari
masing-masing 2 orang ahli yang seusai dengan spesialisasinya. Biasanya pada
tahapan inilah banyak sekali revisi yang harus dilakukan, termasuk banyak pula
masukan mengenai konten isi yang perlu ditambahkan. Nah, setelah proses revisi
dari audit eksternal selesai maka panduan departmen dinyatakan resmi selesai.
Panduan-panduan setiap elemen kemudian digabungkan menjadi satu hingga
tersusunlah buku panduan Izzati. Buku Panduan Izzati ini baru terkumpul soft
nya pada hari-H suksesi, hingga selesai melalui proses penjilidan ketika ba’da
ashar.
Selain dari kesibukan pengurus Izzati, di
minggu terakhir seluruh alumnus TR3 yang kemudian disebut sebagai Tim Riset
Rohis FT, juga mengalami kesibukan yang sama. Di minggu terakhir ini mereka
juga harus menyelesaikan format indikator dan parameter untuk levelisasi rohis
jurusan. Alhamdulillah, tepat sebelum ashar tiba pada H-1 Suksesi Izzati,
dokumen ini berhasil diselesaikan.
Diselesaikan di Tasikmalaya 29 Desember 2015
~Adam R. E~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar