Dari terpilih
hingga meminang
Malam
itu hujan turun lebih deras dari biasanya, saya bersama tiga orang kawan-kawan
lain menikmatinya lebih khusyuk dari biasanya, kami menikmatinya sambil
berteduh di mushola Teknik Lingkungan. Ya malam itu, 20 Desember 2014 adalah
malam pemilihan mas’ul (red: ketua) Izzati, Biro kerohanian islam fakultas
Teknik. Lembaga yang memasuki generasi 21, saat itu 21 lebih familiar dengan
nama bioskop, sehingga generasi-21 sering diibaratkan sebagai generasi bioskop
3D yang berwarna-warni.
Keputusan
untuk hadir saat pemilihan ini memang keputusan yang sangat panjang. Diantara
syarat utama yang sulit diusahakan adalah Mas’ul Izzati harus lulus
TR3-pelatihan tertinggi dalam jenjang kaderisasi Rohis. Pada tahun 2013
tercatat hanya 8 ikhwan yang lulus, itupun 3 diantaranya adalah angkatan 2011,
dan satu diantaranya telah terpilih sebagai Sekum HMM. Meskipun sebenarnya ada
pula kader 2013 dari lulusan TR3 tahun 2014 yang bisa mencalonkan juga, tapi
itupun secara kuantitas masih sangat sedikit. Ya, alhasil ketika ada mekanisme
untuk menentukan siapa calon mas’ul, sesungguhnya sudah bisa ditebak siapa saja
orangnya, lihat saja alumni TR3 nya. Di tengah itu saya kembali berpikir
mengenai kesiapan secara pribadi beserta seluruh pertimbangan yang ada.
Bagi
saya, seorang ketua rohis adalah posisi yang sangat ideal, selain dia harus
memiliki kemampuan manajemen keorganisasian yang baik dan pandangan yang
visioner, dia juga harus memiliki nilai ruhiyah yang kuat, dapat menjadi
teladan bagi seluruh muslim di lingkungannya, karena predikat orang paling
sholeh kelak akan melekat padanya. Dan itulah sulitnya, jika variabel pertama
yang menjadi patokan, maka jelas saya tidak pantas, karena satu tahun saya
menjabat ketua rohis jurusan, tidak banyak pencapaian yang dihasilkan, bahkan
mungkin cenderung ada kemunduran. Jika variabel kedua yang menjadi patokan,
maka jelas saya mungkin berada di posisi sangat bawah, masih banyak yang secara
pribadi lebih sholeh dari saya. Ya dua alasan inilah yang bagi saya sudah cukup
untuk tidak maju di pemilihan mas’ul generasi 21 ini, terlepas dari historis
bahwa saya juga pernah ikut di pemilihan tahun sebelumnya.
Sungguh
terserah Allah Subhana wata’ala, diantara kegelisahan tersebut, semakin banyak
kawan-kawan yang menguatkan saya untuk tetap maju. Di kontrakan saya juga
kebetulan ada dua orang yang memang memiliki background rohis sehingga
mendorong saya untuk maju, sebut saja Irfan Yahya Ikhsanudin, Kadep HRD
Izzati-19 dan Kadep Insani 2014, juga Fahmi Akmal Hasani, Ketua Komisariat
Fakultas Teknik 2014.
Kita semua digerakkan oleh keadaan. Digerakkan oleh usia yang
beranjak naik, digerakan oleh kehidupan yang terus berganti. Meski kita ingin
berhenti, alam membuat langkah kaki kita tidak bisa berhenti lama. Hanya sebentar,
sejenak.
Ya
di sela-sela kontemplasi itu saya baru teringat bahwa saya adalah delegasi LKMM
Dasar dari Izzati, dan rasanya saya belum memberikan apa-apa untuk Izzati ini.
Baiklah meskipun kelak saya tidak jadi ketua Izzati minimal saya bisa memberikan
ide untuk pengembangan Izzati ke depan, jadi intinya saya harus buat rancangan
pengembangan Izzati sedetail dan serapi mungkin untuk saya berikan kepada
mas’ul terpilih. Adapun nanti pas hari-H pemilihan saya bisa mangkir agar tidak
terpilih.
Pasca
itulah saya memutuskan untuk membuat riset yang serius tentang Izzati, bersama
M. Arif Widyoadi saya memutuskan untuk berkeliling ke setiap Kadep untuk
meminta bahan SWOT dan rekomendasi untuk kepengurusan berikutnya. Ya selain itu
saya juga melahap seluruh buku dan dokumen tentang manajemen kedakwahkampusan
maupun ilmu manajemen secara umum. Ya keputusan saya sudah bulat, untuk bisa
fokus akademik di tahun berikutnya, untuk itu saya harus mempersembahkan model
perencanaan lembaga terbaik untuk Izzati. Selalu terkenang ketika saya bersama
Mas Irfan harus hujan-hujanan di jam 23.00 malam pergi ke kontrakan Mas
Kurmadiyono dan baru pulang sekitar jam 1 pagi hanya untuk mencari data untuk
riset saya. Syukran Mas Irfan..Atas pengorbanan mengantar saya.
Dua
malam sebelum dialog itu tiba, saya terpaksa lembur, untuk menyusun sintesis
dan pengolahan data hasil dari riset kecil-kecilan saya. Ya ini terakhir.
Persembahan terbaik sebelum benar-benar purna dari rohis.
Alhamdulillah
dokumen perencanaan selesai. Saatnya mencari cara untuk bisa mangkir dari
pemilihan. Kebetulan hari H dialog ada presentasi tugas akhir untuk praktikum
mikropaleontologi, ini sudah cukup menjadi sebuah alasan untuk tidak datang.
Tapi plan ini kemudian gagal karena panitia menjemput saya ke kampus dan
kebetulan presentasi dari kelompok saya sudah selesai. Baiklah hadir saja, tak
apa, itung-itung memperkenalkan ide saya kepada calon lain.
Baiklah
masuk ke plan kedua, bagaimana agar saya bisa mangkir di hari-H pemilihan.
Kalau saya masih ada di Semarang tentu dimanapun akan panitia cari, maka
pilihan satu-satunya adalah pulang ke Tasikmalaya.
Menariknya
adalah ketika H-1 sore saya sudah siap-siap berkemas untuk pulang di malam
harinya. Tiba-tiba ada sms masuk “Jarkom besok minggu akan dilaksanakan
praktikum geologi teknik......” Masya Allah, Masya Allah... Entah skenario apa
lagi yang Allah berikan kepada saya.
Setelah itu maka saya sudah pasrah, mungkin
inilah jalan yang Allah berikan untuk saya, saya pun bertekad untuk
menyelesaikan seluruh targetan yaumiah saya dulu sebelum hadir di Suksesi
Izzati dan menyempurnakan untuk shalat dua rakaat terlebih dahulu untuk lebih
memantapkan hati.
Barulah bada ashar saya hadir di suksesi.
Ya
malam itu, hujan turun semakin syahdu, kami masih menunggu hasil musyawarah itu
selesai, di luar ada juga suara-suara petasan, kawan saya berkata bahwa malam
ini bertepatan dengan pengesahan mahasiswa baru untuk jurusan teknik mesin.
Semakin lama suasana semakin tak karuan, jantung semakin berdenyut kencang.
Pada segala hal baru yang membuat kita ragu, saya sering berdo'a,
"Allah, ajari kami memahami semua ini." Sebab kadang, sebuah
peristiwa baru kita sadari hikmah dan rahasia kebaikannya setelah kejadiannya
berlalu.
Dan akhirnya musyawarah pun selesai, kami bereempat
kembali ke ruangan, semua mata tertuju kepada keempat calon. Semua calon
disuruh berbalik ke belakang, menurut instruksi calon terpilih akan disematkan
jaket izzati.
Teng teng teng....Akhirnya pengumuman datang,
dan tidak disangka ternyata semua calon dipakaikan jaket, dan hanya satu orang
yang dipakaikan jaket Izzati
Barakallah wa Innalillahi wa inna ‘ilaihi
raajiuun.
Ya Allah, ya Rabbi, jadikanlah Kami seseorang yang berhati
suci, bercita-cita luhur, sanggup memerintah diri sendiri sebelum memimpin
orang lain, mengejar masa depan tanpa melupakan masa lalu...Ya Allah ajari kami
memahami semua ini.. Ya Allah berikanlah kami kekuatan...
Entah kenapa, malam itu rasanya menjadi malam
yang sangat panjang bagi saya. Hingga adzan shubuh pun berkumandang lebih merdu
dari biasanya.
Berharap
semakin terlempar dalam sebuah titik tengah,
Hingga
mudah untuk menatap semestinya,
Dalam
suatu pagi yang masih dini,
Tawari
aku tentang hidangan langit,
Atau
sekedar sahur yang begitu merahmat.
Kali
ini Shubuh datang dengan sangat sederhana, sisa-sisa bintang sekedarnya,
atau, membanggakan cecahya surya-pun akan sangat di nilai terlalu
belia.– Saat itu, aku ingat … embun-pun masih sangat nampak kedinginan –
Tapi,
ini pembicaraan kilau-kilau hijau, di tengahnya mengalir sebuah pematang.
Ya shubuh kali itu tidak berbeda dari
shubuh-shubuh sebelumnya, bedanya kali ini di pundak saya sedang ada dua amanah
berat yang sedang saya emban.
Pada bagian takdir yg tak pernah kita sukai, sejatinya ia
tetap menjadi takdir yg telah dicipta-Nya untuk mendidik kita menjadi semakin
baik. Suka atau tidak, terpaksa atau rela adalah pilihan. Yg menjadi tolok ukur
keimanan dan kualitas diri dihadapan Sang Pemilik Kehidupan...
Bismillah, Insya Allah hari-hari ke depan
adalah hari-hari yang penuh tantangan namun menyenangkan.
Hidup sungguh sangat sederhana, kata Pram, yang hebat-hebat
hanya tafsirannya.
Oke, tugas pertama sebagai ketua Izzati adalah
menyusun team. Dalam hal ini saya dibantu oleh 5 orang tim formatur:
Kurmadiyono, Esnahati, Wildan Abdul Jabbar, Asma Muthi’a dan Nisa Farida
Amanatullah. Ya merekalah yang membantu saya menyiapkan 22 orang PH Izzati
Gen-21.
Syuro Formatur ini tidak akan terlupakan oleh
saya.
Jika
sudah seperti itu, aku kembali teringat; tentang ke-bambu-anku yang kau
bentuk serupa seruling, merdu sekali; katamu. Kau membuatku lupa tentang awal
di mana sebelum tunas bermunculan, aku hanya tertidur bersama tanah basah,
akibat hujan yang terlalu berkepanjangan.
Syuro pertama formatur direncanakan terlaksana pada pagi hari jam
06.00 di Masjid Kampus. Saya baru berangkat dari Tasik di malam harinya pada
pukul 18.30. Saat itu tepat di malam tahun baru, semaraknya masih terasa di
sepanjang jalanan Tasik-Semarang. Hingga saat istirahat makan, di restoran juga
terdapat pagelaran musik yang ramai sekali. Setelah selesai makan saya bergegas
menuju mushola untuk menunaikan shalat. Setelah selesai shalat tiba-tiba
terdengar gegap gempita terompet dimana-mana. Pertanda tahun telah bergeser
menuju 2015. Saya pun bergegas menuju ke bis kembali. Beberapa menit berlalu
saya masih bingung mencari bis saya dimana, atas izin Allah ternyata saya
diberikan info bahwa bis yang saya naiki sudah berangkat. Luar biasa...
Bisa
saja aku menyalahkan semua kejadian yang aku alami hingga saat ini. Bisa saja
aku mempertanyakan mengapa Tuhan mengujiku seperti ini. Memberikanku keadaan
yang membuatku susah payah, memberiku keadaan yang membuatku bahkan sulit untuk
membuat keputusan.
Dulu,
aku meresahkan setiap langkah kaki yang ku buat. Setiap keadaan yang
mengelilingiku seolah-olah mengerdilkan pikiranku tentang keadilan-Nya. Aku
mempertanyakan sikap-Nya yang seolah-olah pilih kasih. Mengapa aku terus
menerus diberikan kegelisahan dan kesedihan bahkan kegagalan, sementara orang
lain bisa tertawa lepas diatas kebahagiaannya. Aku terus menerus murung dan
sekali lagi mempertanyakan keadilan-Nya.
Dulu,
aku merasa aku adalah orang yang paling tidak bahagia. Karena aku tahu, hampir
semua yang aku harapkan selalu dipatahkan. Entah dipatahkan oleh keadaan, entah
oleh orang lain, atau aku patahkan sendiri karena aku takut untuk membuat
pilihan.
Sekali melangkah pantang menyerah, sekali tampil harus
berhasil. Ya ini adalah kalimat yang sering saya tulis ketika diminta tentang
motto hidup. Saya pun berpikir bagaimana caranya agar bisa tiba di semarang
sebelum jam 6 pagi.
Jalan
keluar tak selalu berarti mukjizat, tetapi kemampuan menciptakan alternatif.
Alhamdulillah ternyata masih ada satu bis dengan jurusan
dan PO yg sama baru saja datang. Akhirnya saya pun memberanikan diri untuk
berkomunikasi dengan kondekturnya, dan atas izin Allah saya diperbolehkan untuk
menumpang di bis nya.
Biasanya pemberhentian cukup di daerah sukun,
namun karena ada barang yang tertinggal di bis sebelumnya, akhirnya destinasi
dilanjutkan hingga ke terminal terboyo. Itulah pengalaman pertama saya
menginjakan kaki di terboyo.
After that , timbul
lagi pertanyaan, bagaimana caranya agar saya bisa on time hadir di syuro
formatur. Sesuatu yang baik harus diawali dengan yang baik pula. Dan syuro
formatur inilah awal dari segalanya. Jadi wajib banget untuk bisa on-time.
Tanpa pikir panjang akhirnya saya mencari ojek. Berangkatlah saya, ojek pertama
saya di luar Tasik. Alhamdulillah berkat ojek itu, saya bisa hadir on-time,
bahkan sebelum anggota formatur lain hadir.
Syuro formatur pun selesai. 22 nama sudah
tercatat. Saatnya menuju proses peminangan. Saat-saat meminang ini adalah
saat-saat yang sangat saya nikmati. Ya tentu saja, bayangkan butuh waktu 4
minggu hanya untuk proses peminangan saja. Waktu yang sangat boros bagi ukuran
lembaga yang hanya berumur satu tahun kepengurusan.
Di
bangku taman ke dua, telah kutitipkan sesuatu untukmu, sebuah surat gundah
gulana yang kusemprot dengan minyak awan-awan, agar sedikit putih. Tulislah
jawabanmu, di sana juga.
Ada berbagai macam dinamika ketika proses meminang. Ada yang harus berbincang 2 jam terlebih dahulu, ada tipe yang tidak ingin mengangkat telpon-hanya menerima jawaban sms saja, ada yang harus 5 kali tatap muka dulu sebelum akhirnya mengatakan yes, ada pula yang sudah ingin fokus akademik. Ya bermacam-macam.
Kisah ini adalah tentang anak manusia yang melakukan pencarian. Melakukan perjalanan panjang, berliku, penuh dengan pertanyaan.
Kita tidak pernah akan tahu siapa yang ternyata mencari kita sampai kita bertemu dengan orang tersebut. Kita tidak akan pernah tahu siapa yang ternyata diam-diam mendoakan kita menjadi takdirnya sampai kita bertemu dengan orang tersebut.
Kita semua bergerak melakukan perjalanan dengan cara kita masing-masing, mencari dengan cara kita masing-masing, bertemu dengan caranya masing-masing. Ada yang tidak tahu (si)apa yang sebenarnya ia cari, ada yang tahu persis tentang (si)apa yang ia cari. Ada yang menempuh jalan terang benderang, ada yang harus melewati kegelapan. Meraba-raba dengan tangannya.
Kita mungkin mengeluh mengapa tak kunjung bersatu hingga terasa semua daya telah digunakan, semua cara telah dipakai, semua jalan telah ditempuh. Rasanya berputar-putar pada kondisi yang sama.
Dari berbagai kasus, “perang rebut kader” adalah sesi yang paling menantang. Saat itu beberapa calon PH saya memang dibidik juga oleh lembaga lain. Prinsip saya jika seseorang memang potensial maka dengan cara apapun saya harus bisa meraihnya. Tidak peduli apakah dilirik oleh bem, senat atau lembaga lain. Hajar!
Dan pada akhirnya, saat-saat meminang adalah saat dimana doa harus semakin melangit, berharap Allah menyentuh hati yang bersangkutan untuk dapat bergabung.
Tak boleh hanya berdiam diri. Meski itu sebatas doa. Bukankah doa mampu menggerakkan takdir-Nya?
Alhamdulillah satu bulan yang panjang untuk mencari squad pengurus harian sudah selesai.
Diselesaikan di Tasikmalaya 25 Desember 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar