Sabtu, 12 Desember 2015, kami semua masih disibukkan dengan
persiapan pertanggungjawaban. Ada yang merapikan form levelisasi, ada yang
menyusun slide presentasi LPJ, ada
yang masih merevisi SOP, ada yang merapikan arsip LPJ, dan ada pula yang
menyiapkan operasional untuk esok hari. Ya, malam itu begitu sibuk hingga tidak
terasa jam sudah menunjukkan waktu dini hari...Waktnya untuk beristirahat. Tapi
rasanya masih belum saatnya untuk memejamkan mata.
Masih di sini,
Tentang lutut yang harus terlipat,
Menyangga berat penuh dosa,
Mengharapkan segala ampunan
Allah,
Jika Izzati ini karena-Mu,
Atau dari kami ke pangkuan-Mu,
Maka menangkan kami dalam kesederhanaan,
Saat takbir menggemakan agung-Mu
Hari itu, Ahad, 13 Desember 2015, bertempat di Ruang
D101, dilaksanakan kegiatan Suksesi Izzati. Selain sebagai sarana untuk pelaporan
pertanggungjawaban, di akhir acara akan dilaksanakan pula pemilihan Mas’ul
Izzati yang baru. Acara dimulai dengan sesi sambutan lalu dilanjutkan dengan
laporan pertanggungjawaban departemen. Departemen pertama yang mempresentasikan
laporan pertanggungjawaban adalah departemen DKM. Lalu bergantian satu persatu
mempresentasikan laporannya. Hingga tibalah departemen terakhir yaitu
Departemen Public Relation.
Di sela-sela itu saya terlempar pada memori perjalanan
satu tahun kebelakang, ruangan ini adalah ruangan yang sama dengan ruangan saat
saya terpilih dulu. Dulu, ya ketika malam itu nama saya yang dipilih,
pertanyaan yang selalu melekat adalah apakah saya mampu menjaga niat, menjaga
cita dan menjaga keistiqomahan. Setahun bisa menjadi waktu yang sebentar, tapi
bisa juga menjadi waktu yang sangat lama. Jika ini hanya perihal
waktu, saya tahu saya bisa menunggu. Namun barangkali, ini lebih dari itu. Mungkin
ini adalah persoalan keyakinan. Sebab katanya, Tuhan hanya memberi sesuatu jika
kita telah betul-betul siap memilikinya. Meyakini hal-hal yang semu
memang tak mudah. Dan hari ini adalah saksi dari ratusan hari perjalanan hati menjaga semangat dan impian
itu. Seperti lilin yang saya jaga dari angin dengan kedua telapak tangan, maka
seperti itu juga saya jaga raut cinta dan impian agar tetap bersemayam di
telaga mata. Untuk menumbuhkan itu pada diri saya mungkin bukan perkara yang
sulit. Tetapi mengajak 104 orang yang lain untuk bisa merasakan hal yang sama,
disitulah tantangannya. Di perjalanan, sangat terasa betapa harus tertatih-tatihnya
kami menjaga cinta dan impian itu.
Sekitar pukul 14.45 adalah presentasi terakhir dari
seluruh departemen. Tersisa yang belum adalah presentasi terakhir dari mas’ul
dan sekum. Sebenarnya saya berharap, bisa segera menyelesaikan semuanya sebelum
ashar tiba. Saat itu entah kenapa perasaan semakin bercampur aduk, saya
khawatir jika ditunda hingga ba’da ashar akan semakin tak karuan. Ya, tapi moderator saat itu memutuskan untuk
acara di break terlebih dahulu. Baiklah masih ada waktu untuk menenangkan diri.
Di perjalanan dari R. D101 hingga Mesjid Baitul Ilmi, dalam sembunyi saya
berdoa,
“Allah, semoga kepengurusan ini berakhir dengan “khusnul khotimah”, semoga semua bahagia
Ya Allah, tidak perlu ada air mata yang mengalir Ya Allah..”
Kami pun
bergegas mengambil air wudhu....Basuhan demi basuhan....Sangat kami nikmati
kesegarannya.
Sembari
menunggu kawan-kawan yang lain, saya menunaikan shalat tahiyatul masjid. Belum
selesai membaca surah Al-Fatihah, tanpa terasa setetes, dua tetes, tiga tetes
air mata mengalir dari pelupuk mata saya, Hingga di sujud pertama saya
lampiaskan seluruhnya....hingga basah seluruh sajadah..
“Allah,
ampuni saya yang belum bisa menjadi pemimpin yang baik, belum bisa menjadi
saudara yang baik, Allah ampuni saya atas hak-hak terhadap saudara yang belum
sepenuhnya saya tunaikan, atas kedzhaliman yang seringkali dilakukan. Allah
maafkan atas niat yang kurang bening, ikhtiar yang kurang maksimal, serta doa
yang kurang tulus”
Romantisme
yang jarang sekali dirasakan. Lalu kembali teringat dengan pesan saat kecil:
Aku anak laki-laki, tidak boleh menangis, kata Ibu.
Kemudian
iqomah shalat ashar pun dikumandangkan. Kami pun shalat ashar berjamaah. Ditemani
oleh rintik gerimis yang turun pada sore itu.
Sesi LPJ pun
dilanjutkan kembali. Saya dan Imam maju ke depan, dengan slide powerpoint yang
seadanya. Imam Handhika, Sekretaris Umum saya mengawali sesi pertanggungjawaban
terakhir ini dengan memperkenalkan diri kami dan memperkenalkan selayang
pandang mengenai visi misi Izzati. Setelah itu barulah giliran saya
menyampaikan seluruh pencapaian Izzati Gen-21.
Alhamdulillah
berkat kerja keras seluruh pengurus dan dukungan dari seluruh elemen fakultas
teknik, tahun ini terdapat beberapa pencapaian yang dapat kita hasilkan, meski
demikian masih banyak pula pekerjaan rumah yang perlu kita selesaikan.
Tidak lupa
di akhir sesi saya menyampaikan kesan-kesan saya selama di Izzati, dan
mengucapkan terimakasih kepada seluruh pengurus yang telah bekerja keras dan berjuang
bersama selama satu tahun kepengurusan ini.
Suasana yang
tadinya menegangkan, kini berubah menjadi sedikit melankolis, Saya yang saat itu menyampaikan dengan suara yang cukup
keras, mendapat respon yang terbalik, Ya.. 4 kawan saya saat itu menetes air
matanya. Entah kalimat atau gambar yang mana yang membuat sore itu menjadi
sangat mengharukan.
Mengapakah dirimu menangis?
Meskipun diriku tak sedang menangis?
Kesedihan dan kepahitan yang
kaurasapun terasa sangat menyedihkan bagiku
Hari buruk pun asal kita bersama
Akan jadi kenangan yang
berharga untukku
Setelah selesai sesi terakhir, tibalah saatnya pada
penilaian LPJ secara keseluruhan. Kami para pengurus harian diperintahkan untuk
keluar terlebih dahulu. Menunggu memang perkara yang menjenuhkan, terlebih
menunggu penilaian LPJ. Beberapa dari kami ada yang berbincang-bincang santai,
ada yang makan-makanan ringan, ada juga yang ber-selfie ria. Ya kelak akan sangat sulit bisa menemukan momen-momen
kumpul seperti ini.
Penilaian selesai, kami para pengurus harian,
dipersilahkan masuk kembali. Mas Kurmadiyono saat itu menyampaikan seluruh
rekomendasinya terlebih dahulu. Sebelum akhirnya memutuskan untuk menerima
laporan pertanggungjawaban, Alhamdulillah, kami mendapatkan nilai 85,05.
Alhamdulillah tugas kami di Izzati selesai. Saat itu
kami saling berpelukan satu sama lain, ikhwan dengan ikhwan, akhwat dengan
akhwat.
Di akhir pertanggungjawaban
kami,
Kami saling
berpelukan satu sama lain,
Berpelukan lebih
lama dan hangat sekali rasanya,
Ada dingin yang
mencari,
Ada cinta yang
terbahasakan lewat beberapa patah kata dan doa.
Yang menarik adalah semuanya terjadi di
pelataran jingga senja. Di sana selalu ada haru, kadang duka, suka, atau apapun
yang selalu penuh cinta.
Terimakasih kepada seluruh pengurus Izzati Generasi
21. Terimakasih atas segala cerita, cita, dan cinta yang telah dilukis selama
satu tahun ini.
Hidup kita saling bertaut, bersinggungan. Bisa jadi
kehadiran kita adalah jawaban atas do'a-do'a sahabat kita, sebagaimana mereka
pun adalah jawaban atas do'a-do'a kita. Jika sudah menjadi takdir Allah, meski
dengan jarak beribu-ribu kilometer kita tetap akan dipertemukan, dalam satu
ikatan bernama ukhuwah.
hari-hari saat
aku bersamamu sahabat
telah lama waktu yang kita lewati bersama
telah lama waktu yang kita lewati bersama
kusadari masa itu masa-masa terindah
dalam sukaku dalam dukaku
engkau selalu ada
dalam sukaku dalam dukaku
engkau selalu ada
sahabatku tercinta terimalah laguku
hadirmu selalu memberi bahagia
hadirmu selalu memberi bahagia
Dalam Hadits
disebutkan :
Di sekitar Arsy
Allah ada menara-menara dari cahaya, didalamnya terdapat orang-orang yang
pakaiannya dari cahaya, wajah-wajah mereka bercahaya, mereka bukan Nabi atau
pun Syuhada. Para Nabi dan syuhada iri kepada mereka. Ketika ditanya para
sahabat, ?Siapakah mereka itu ya Rasulullah?? Lalu Rasulullah menjawab, ?Mereka
adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, saling bersahabat karena
Allah, dan saling berkunjung karena Allah.
(HR.
Tirmidzi)
Semoga kita
adalah golongan orang-orang yang dicemburui oleh para Nabi dan Syuhada. Semoga
ukhuwah kita yang terjalin dilandasi oleh kasih sayang dan saling mencintai
karena Allah, Aamiin Allahumma Aamiin.
Pada bagian akhir suatu cerita
Kita hanya mengharap bersama
Bahwa surga adalah tempat kita bertemu selanjutnya.
Salam Cinta,
Adam Raka Ekasara