Di
era abad ke-21 ini dunia dihadapkan kepada suatu sistem besar yang mengubah
pola dan sistem kehidupannya. Globalisasi dan perdagangan bebas kini hadir
mewarnai kita. Globalisasi berasal dari kata “global” yang maknanya ialah
“universal”, jadi globalisasi adalah sebuah proses penduniaan atau peningkatan
keterkaitan antar negara sehingga tidak ada lagi sekat atau batas antar negara
yang mengakibatkan dunia ini terasa begitu sempit. Dipertegas dengan telah
ditandatanganinya perjanjian mengenai perdagangan bebas membuat era ke-21 ini
menjadi lebih menarik dari era-era sebelumnya.
Dampak
dari pelaksanaan globalisasi adalah sebuah tuntutan kepada setiap negara untuk
dapat bersaing memertahankan nama baik negaranya. Kesalahan di negara
kita adalah kegagalan mengupayakan transformasi keilmuan, yang ada sekarang
hanyalah hedonisme saja yang muncul dalam masyarakat kita. Peningkatan
SDM menjadi suatu keharusan yang seharusnya menjadi motivasi bagi kita semua.
Salah
satu komponen yang dapat digunakan untuk melihat kualitas SDM sebuah negara
adalah produktivitas warga negaranya dalam membaca, menulis dan berhitung.
Saat
ini, minat baca anak Indonesia sudah sangat memprihatinkan. Berdasarkan studi
lima tahunan yang dikeluarkan oleh Progress in International Reading Literacy
Study (PIRLS) pada tahun 2006, yang melibatkan siswa sekolah dasar (SD), hanya
menempatkan Indonesia pada posisi 36 dari 40 negara yang dijadikan sampel
penelitian.
Sementara
itu, berdasarkan penelitian Human Development Index (HDI) yang dikeluarkan oleh
UNDP untuk melek huruf pada 2002 menempatkan Indonesia pada posisi 110 dari 173
negara. Posisi tersebut kemudian turun satu tingkat menjadi 111 di tahun 2009.
Berdasarkan
data CSM, yang lebih menyedihkan lagi perbandingan jumlah buku yang dibaca
siswa SMA di 13 negara, termasuk Indonesia. Di Amerika Serikat, jumlah buku
yang wajib dibaca sebanyak 32 judul buku, Belanda 30 buku, Prancis 30 buku,
Jepang 22 buku, Swiss 15 buku, Kanada 13 buku, Rusia 12 buku, Brunei 7 buku,
Singapura 6 buku, Thailand 5 buku, dan Indonesia 0 buku.
Kita
seharusnya belajar dari negara-negara lain sebut saja Jepang dan Malaysia. Di
Jepang ada prinsip teman duduk terbaik adalah buku. Di tempat-tempat umum
kebiasan membaca sangat terpelihara, bahkan sepuluh menit sebelum kegiatan
belajar mengajar siswa diwajibkan untuk membaca terlebih dahulu. Sejak
Restorasi Meiji, Jepang mempunyai tekad mengejar kemajuan kebudayaan barat.
Ribuan buku diterjemahkan dari bahasa asing ke bahasa Jepang. Begitu juga
produktivitas menulis masyarakatnya perlu diapresiasi, tercatat puluhan juta
eksemplar surat kabar terbit setiap hari, ribuan juta eksemplar majalah terbit
setiap bulan, dan hampir satu milyar juta eksemplar buku terbit setiap tahun.
Pada
tahun 70-an Malaysia mengimpor guru dari Indonesia. Berkat kegigihan dan
kesungguhan semua elemen menjadikan Malaysia sebagai negara yang diperhitungkan
di dunia bahkan mengalahkan Indonesia.
Untuk
merespons data di atas perpustakaan
memiliki peran penting dalam menanggulangi masalah tersebut. Perpustakaan
efektif menambah pengetahuan. Berbeda dengan di sekolah, di perpustakaan kita
dapat menambah wawasan kita dan memilih pustaka sesuai minat yang kita
inginkan.
Greenlagh dan kawan-kawan
menyajikan perpustakaan dalam pandangan yang menarik :
“Perpustakaan
adalah tempat yang jauh dari gaduh. Instruksi tak tertulis ini tidak dimiliki
di tempat lain. Tempat yang demokratis sekaligus tidak mengikat pengguna pada
afiliasi partai apapun. Tempat untuk mendapatkan hak untuk mengetahui sesuatu.
Tempat dimana anak-anak menikmati sentuhan pertamanya kepada literasi. Tempat
yang dapat membuka cakrawala dunia karena koran-koran dan majalah disediakan,
novel bercitarasa daerah, lokal dapat dinikmati sambil santai bersama sanak
famili, mencari bacaan sesuai umur dan kesukaan. (Greenlagh, Warpole and Landry
: 1995).”
Demikianlah perpustakaan,
jika ia dapat dimanfaatkan dengan baik, pembangunan yang unggul adalah sebuah
keniscayaan.
Sebenarnya di Indonesia, perpustakaan sudah
dipayungi dalam UU no 43 tahun 2007, bahwa:
“Perpustakaan
adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya
rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan
pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.”
Di Tasikmalaya sendiri minat
membaca masih tergolong rendah dan tingkat kunjungan masyarakat terhadap
perpustakaan masih cenderung sedikit. Ini adalah pekerjaan kita semua, apalagi
pada tahun ini −tahun 2012− akan diadakan pemilihan kepala daerah.
Diharapakan dengan terpilihnya kepala daerah
yang baru semoga dapat menjadikan
peningkatkan minat baca−khususnya pendayagunaan perpustakaan− sebagai
salah satu prioritas utama programnya.
Ada beberapa strategi untuk
mengembangkan perpustakaan yang bisa dilakukan oleh pemerintah.
Langkah pertama adalah
pemerintah harus memberikan pendidikan dan sosialisasi mengenai perpustakaan,
bahwa perpustakaan adalah suatu hal yang penting dalam meningkatkan wawasan dan
pola pikir. Wawasan dan pola pikir ini tidak hanya sebagai konsumsi sendiri
namun diperlukan juga dalam berlangsungnya kegiatan pemerintahan. Karena dengan
berkembangnya pola pikir individu, akan menghasilkan keterampilan literasi yang
baik. Keterampilan literasi adalah suatu kebutuhan masyarakat agar mampu
berpartisipasi dalam memberikan
keputusan sosial secara bertanggung jawab dan menyumbangkan pemikiran
kritis yang dibutuhkan dalam stabilisasi pemerintahan.
Langkah kedua, pemerintah
diupayakan harus bisa memperluas jangkauan layanan perpustakaan hingga ke
tingkat yang terkecil −desa/kelurahan− pemerintahan. Langkah ini untuk
memudahkan masyarakat untuk menjangkaunya. Usahakan tempat dapat terjangkau
melalui transportasi umum.
Ketiga, pemerintah harus
bekerjasama dengan orangtua agar bisa menjadi teladan untuk anak-anaknya. Orangtua
diharuskan memiliki minat baca yang baik dan bisa mengingatkan dan mengawasi
anak-anaknya agar membiasakan budaya membaca melalui perpustakaan.
Selanjutnya, pemerintah
harus meningkatkan pelayanan dan kenyamanan dalam membaca baik
dalam pelayanan karyawan maupun sarana dan prasarana. Kita contoh perpustakaan
yang pernah dimuat di Republika bernama Perpustakaan Kineruku. Kineruku
didesain sedemikian rupa sehingga pengunjungnya serasa berada di rumah sendiri.
Pengunjung bisa membaca di sofa-sofa empuk, bahkan di taman belakang dengan
pepohonan yang rindang. Di teras ada beberapa balok kayu tipis. Di situ
tertulis menu-menu makanan kecil yang ada beserta harganya.Selain sebagai
tempat membaca Kineruku dipakai juga dalam event-event seperti dialog,
talkshow atau konser musik melankolis sekalipun. Pada intinya dalam membuat
perpustakaan kita tidak hanya mendirikan yang biasa saja, namun perlunada
inovasi dalam pelayanan dan manajemen yang dapat menjadikan perpustakaan
sebagai tempat yang dirindukan dan disenangi oleh banyak orang.
Langkah
terakhir yang bisa dijadikan salah satu alternatif strategi adalah pemerintah
menyelenggarakan apresiasi kepada kelurahan/kecamatan yang perpustakaannya
memiliki indeks pengunjung yang tertinggi. Ini juga berlaku untuk sekolah-sekolah
dan perguruan tinggi di Kota Tasikmalaya. Dengan adanya apresiasi ini
diharapkan pemerintah di tingkat kelurahan dan kecamatan ataupun sekolah dan
perguruan tinggi ikut tergerak hatinya dalam mendayagunakan perpustakaan di
daerah atau tempatnya masing-masing.
Saya
mengharapkan tulisan ini bisa memotivasi para pembaca dan menjadi saran pribadi
dari saya kepada kepala daerah terpilih
Kota Tasikmalaya yang akan datang agar lebih memberikan prioritas kepada
peningkatan minat baca di Kota Tasikmalaya dan menjadikan Tasikmalaya sebagai
Kota percontohan nasional atas pendayagunaan perpustakaannya.
Saya
yakin jika ada keyakinan dan kemauan yang keras, kita bisa mewujudkan
program-program di atas, karena harapan itu akan selalu ada.
Bangkitlah
Negeriku
Harapan
itu masih ada
Berjuanglah
Bangsaku
Jalan
itu masih terbentang
(Shoutul
Harokah- Harapan itu Masih Ada)
Adam
Raka Ekasara
XII
IPA 1
SMA
Al-Muttaqin Tasikmalaya
*Diikutsertakan pada Lomba Esai GERBATAMA UI 2011. Memperoleh predikat juara 1.
*Diikutsertakan pada Lomba Esai GERBATAMA UI 2011. Memperoleh predikat juara 1.
Sebenarnya ada yang kurang akh dari tulisan ini.. Daftar pustakanya.. Dari data-data yang keliatan di Esai ente, pasti ada referensinya kan? Nah, itu sebaiknya dipasang akh..
BalasHapustapi karena memang dari semua peserta kemarin ga ada yang pakai daftar pustaka, jadi poin itu gak mempengaruhi deh.. hehe