Emak dulu pernah berkata
"Semoga Emak masih bisa ada ketika kau sukses kelak, ketika sudah menjadi orang."
Akhir-akhir ini entah kenapa saya teringat akan masa kecil dulu.
Saya memang dibesarkan di rumah Kakek-Nenek (dibaca Bapak dan Emak) bersama Ibu dan saudara lainnya.
Dan salah satu orang yg sangat dekat dengan saya adalah sosok Emak.
Emak adalah sosok yang sangat kami cintai.
Ketika saya menginjak kelas 1 SD, Emak pernah megantarkan saya pergi ke sekolah, menunggu hingga saya pulang dan kembali lagi ke rumah.
Dulu, jika jadwal sekolah siang hari, saya dengan gembira mengantarkan Emak pergi ke pasar, meskipun saya tahu bahwa pasar—pancasila—itu cukup membosankan bagi saya, tapi saya senantiasa menikmati
perjalanan saya bersama Emak.
Ketika Ibu tidak ada, sosok Emak-lah yang senantiasa sibuk mengingatkanku jika saya belum makan.
Bahkan ketika saya sedang main keluar pun, Emak kadang menyusulku sampai ke tempat bermain, sekedar mengingatkan saya untuk makan atau sudah main terlalu lama.
Emak adalah nenek yang pandai memasak. Hingga sekarang pun saya masih ingat bagaimana citarasa masakan Ema.
Jika emak sedang sendirian di kamar, saya senantiasa datang mengikutinya sekedar untuk tidur di sampingnya dan memeluknya.
Emak adalah sosok sabar, jarang sekali melihat Emak marah, ketika dilanda sakit parah pun Emak senantiasa tabah dan tidak terlihat sakit.
Emak selalu membelaku dan menenangkanku ketika aku sedang dimarahi Ibu.
Ketika masa-masa pendaftaran SMA tiba dan saat itu pihak SMA Al-Muttaqin—ketika itu Pak In-in dan Pak Asep— melaksanakan survey ke rumah. Emak lah yang mendampingiku ketika diwawancarai, dan ia sangat percaya bahwa cucunya akan lulus ke sekolah itu.
Emak sangat mencintai Bapak, Emak sangat setia kepada Bapak, ia rela tidak makan asalkan Bapak dapat makan dengan lahap dan nikmat.
Ibu berkata bahwa Emak adalah sosok yang "enak" diajak curhat, Emak adalah sosok pendengar yang baik bagi anak-anaknya dan bahkan cucu-cucunya.
Semenjak jatuh di jamban, Emak memang jadi sering sakit-sakitan, dan aktivitasnya lebih sering dihabiskan di kasur. Tapi sekali lagi, Emak selalu sabar dan tabah dalam menghadapi sesuatu.
Emak sempat juga bulak-balik ke rumah sakit, dan karena mungkin saat itu saya sudah tercatat menjadi seorang "Fullday" maka—maaf mak— saya jarang menjenguk Emak. Mungkin bisa terhitung jari saya meluangkan waktuku untuk Emak.
Waktu memang tak bisa diajak kompromi, saat itu di sepertiga malam terakhir Ibu mendapat telepon dari Bapak yang ada di rumah sakit. Bapak menyuruh Ibu membereskan rumah saat itu, barangkali nanti banyak sanak keluarga dan tetangga datang melayat.
Saat itu saya berusaha untuk tidak mengucurkan air mata agar Emak bisa tenang di sana.
Seorang saudara berkata kepada saya
"Ka, dialah Emak yang selalu menyayangimu, Kini ia telah mendahului kita untuk bertemu dengan Allah swt Doakan Emak yah Ka."
Mak, saya masih dalam ingatan indah bersama Emak,
Mak, terimakasih Mak telah menjadi Nenek yang sangat baik buatku,
Mak, maafkan saya jika saya memiliki kesalahan,
Mak, besok aku ujian dan besok pula aku harus mempersiapkan diriku untuk melanjutkan ke perguruan tinggi,
Mak, mungkin kalau Emak masih ada,saya akan memohon doa restu kepada Emak untuk esok hari
Mak, mungkin kalau Emak masih ada, saya ingin menceritakan banyak hal kepada Emak tentang hari-hari saya selama ini,
Mak, aku selalu mendoakanmu disana, baik-baik yah.
(Mak, maaf mata saya berkaca-kaca ketika saya menulis ini)
Tasikmalaya, 15 April 2012 07:56 wib.